Seputar Cara, Tips, Penyebab Untuk Anak Nakal
Sebagai orang tua perlu beberapa hal yang harus diketahui tentang mendidik anak, berikut beberapa hal yang saya dapatkan dari browsing,
Cara Tepat Tangani Anak Berperilaku Nakal
Birgitta Ajeng Destika - Okezone
APAKAH anak balita Anda kerap berperilaku buruk, sering menangis dan nakal? Lantas, upaya apa yang Anda tempuh untuk menghentikannya?
Ya, tak jarang, orangtua mungkin lebih sering memarahi anak saat dia sedang nakal. Namun, tahukah Anda bahwa marah bukanlah langkah tepat untuk menghadapi kenakalan anak?
Lantas, cara apakah yang tepat untuk menghadapi perilaku buruk anak? Untuk lebih jelas, Anda perlu simak pemaparan berikut, seperti dilansir Boldsky.
- Sesekali, Anda perlu membiarkan anak ketika mereka sedang berperilaku buruk. Sebab ketika diabaikan, lama-kelamaan anak akan berhenti melakukan hal buruk itu. Sebaliknya, bila Anda marah, anak akan berubah jadi keras kepala dan akan membenci Anda.
- Berteriak bukanlah cara yang tepat untuk mendidik anak jadi disiplin. Anak yang rewel terus-menerus dapat ditangani secara tenang. Namun jika anak tetap tidak menurut, Anda perlu melakukan beberapa upaya untuk mengalihkan perhatiannya.
- Perilaku buruk balita juga dapat ditangani dengan ekspresi wajah. Cara ini akan membuat anak memahami mana perilakunya yang buruk dan baik.
- Memukul anak saat dia melakukan perbuatan buruk hanya akan membuat anak jadi keras kepala dan semakin menjengkelkan. Oleh karena itu, sebaiknya Anda perlu menempuh upaya yang lebih tenang dengan mencium atau memeluknya.
Sumber : http://lifestyle.okezone.com/read/2012/04/03/196/605122/cara-tepat-tangani-anak-berperilaku-nakal
Mengatasi Anak Nakal Dan Manja
Friday, July 6th 2012. Posted in Lain - Lain
Ghiboo.com - “Keponakan saya berusia 6 tahun, tapi manja dan nakalnya seperti anak 2 tahun. Saya kesal melihat kelakuannya. Saya tahu hal itu terjadi karena tidak ada yang mendidiknya dengan baik di rumah.”
Pertanyaan itu mendarat di majalah Good Housekeeping Indonesia. Si penanya kemudian melanjutkan dengan pertanyaan “bolehkan saya memarahi anak itu? Saya khawatir orangtuanya tersinggung?”
Zae Hanan, Dreamer Planner dan motivator Zae Hanan Enterprise, pun memberi saran kepada si penanya. Berikut saran dia:
“Sepertinya, bimbingan, arahan, dan kasih sayang sangat diperlukan oleh keponakan Anda. Coba diskusikan bersama orangtuanya tentang cara terbaik memperlakukannya.
Apakah mereka tidak keberatan bila Anda ikut berpartisipasi membimbing anaknya? Nah, temukan juga cara yang tepat yang sama-sama diterapkan oleh orangtuanya dan Anda, sehingga si anak tidak berat memilih.
Saya tidak menyarankan Anda memarahi anak, tapi pembelajaran harus diterapkan dengan pola yang tepat. Cari cara yang baik, seperti mendongengkan cerita heroik dan penuh inspirasi.
Pembelajaran seperti ini sangat dibutuhkan demi perkembangan anak. Ajak juga ia bertemu seusianya supaya bisa sama-sama belajar.”
(Sumber: Good Housekeeping Indonesia)
Apa Penyebab Anak Menjadi Nakal? | Bagaimana Cara mengatasi Anak Nakal | Bagaimana Cara Mendidik / menghadapi Anak Nakal ?
Kenakalan, sebenarnya adalah hal yang normal bagi anak-anak dalam tahap perkembangan kanak-kanak. Mereka sedang belajar untuk mengontrol tubuh mereka sendiri, memahami lingkungan sekitarnya, serta belajar nilai-nilai dalam keluarga dan masyarakat. Mereka banyak melakukan percobaan (eksperimen) terhadap sesuatu yang menarik perhatian dan belum mereka ketahui: bagian tubuh, hewan-hewan, perkakas di rumah, tumbuh-tumbuhan dan obyek-obyek lainnya. Sayangnya, dalam bereksperimen mereka sering lalai dan ceroboh, hasilnya, eksperimen mereka sering kali membuat orang tua dan orang di sekitarnya menjadi jengah dengan ulah mereka: kotoran berserakan, perkakas berantakan, baju belepotan, perabot pecah, jatuh saat berlari, sampai konflik sesama anak-anak.
Terang saja, menurut Jean Piaget, seorang tokoh psikologi, mereka masih berada dalam tahap perkembangan kognitif pra-operasional (sekitar usia 2—7 tahun). Pada tahap ini anak sering kali secara kognitif salah dan irasional dalam memahami sesuatu, kemampuan kognitif (pikiran) mereka masih belum sempurna. Misalnya, anak yang mendapati pakaiannya semakin lama semakin kecil dan tidak pas dipakai, biasanya akan berpikir secara irasional bahwa pakaian itu bisa mengecil jika lama dipakai, padahal sebenarnya bukan pakaian yang menjadi kecil, akan tetapi dialah yang semakin membesar tubuhnya. Mereka juga sering salah dalam menentukan mana yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima secara moral. Kohlberg yang juga seorang tokoh psikologi menyebut anak-anak masih berada dalam tahapan moral pra-konvensional (terjadi kira-kira sebelum usia 9 tahun). Pada tahap ini anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral anak dikendalikan oleh imbalan/hadiah dan hukuman internal. Anak-anak taat karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat, karena jika tidak mereka akan mendapat hukuman. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah dan kesenangan.
Namun, anak yang sering menunjukkan ketidakpatuhan, suka melanggar aturan perilaku baik di rumah maupun di sekolah, seperti suka berkelahi, berbuat rusuh, sulit bekerja sama, kurang ajar, sering gelisah dan berbohong, serta sering menunjukkan temper tantrum (marah, menolak dengan menjerit-jerit) tidak dapat dikatakan normal dalam level perkembangan di mana mestinya ia bisa mematuhi aturan yang ada, yang telah ia ketahui. Anak yang menunjukkan perilaku seperti ini patut diwaspadai oleh orang tua khususnya dan orang yang ada di sekitarnya agar mendapatkan perhatian khusus, dan mendapat penanganan, sehingga anak tersebut tidak terus berkembang menjadi anak yang menyusahkan anggota keluarga lainnya dan lingkungan sekitar. Selain itu anak yang tidak mendapat penanganan yang tepat, besar kemungkinan perilaku tersebut akan di bawa sampai dewasa, jika demikian, maka ia berpotensi menjadi orang yang anti-sosial (suka melawan norma masyarakat, seperti melakukan tindakan kriminal) dan perilakunya menjadi sangat sulit untuk bisa diubah.
Orang tua tidak boleh menganggap anaknya yang sering melakukan ciri-ciri perilaku di atas sebagai sesuatu yang wajar, dan terus-menerus menolerir tindakan yang merugikan bagi dirinya sendiri dan juga orang lain. Orang tua, karena berbagai sebab (misalnya karena terlalu sayang), seringkali membuat-buat alasan (rasionalisasi) yang sebenarnya tidak logis agar dapat menerima perilaku anaknya yang melanggar aturan atau perintah itu. Cara orang tua dalam menangani masalah (coping problem) seperti ini akan manjadi bomerang tidak hanya bagi diri orang tua (karena ia akan terus-menerus terusik dan mendapat perlawanan), tetapi juga bagi anaknya. Anak menjadi tidak paham terhadap mana yang boleh/baik/harus dilakukan dan yang mana yang tidak boleh, buruk dan harus ditinggalkan. Alhasil, orang tua turut serta membentuk anaknya menjadi pribadi sulit dikontrol.
Apa Sebabnya Anak Menjadi Nakal?
Sebenarnya perilaku anak yang suka melanggar norma tersebut dipelajari secara terpaksa/tidak sengaja, sebagai cara untuk menunjukkan kontrol anak terhadap perilaku orang tua mereka. Perilaku pembangkangan pada anak memang tidak dapat lepas dari cara orang tua memperlakukan anaknya. Pembentukan perilaku-perilaku pembangkangan oleh anak tersebut terjadi dalam beberapa cara, antara lain:
Pertama. Orang tua memberikan penguat negatif (negative reinforcer; yang justru befungsi memperkuat respon) kepada anak agar ia menghentikan respon negatif akibat adanya stimulus eversif (tidak menyenangkan) yang diberikan orang tua sebelumnya. Keadaan semacam ini disebut “perangkap akibat penguat negatif” (negative reinforcer trap).
Contoh: Orang tua menyuruh anaknya membuang sampah, anak menolak dengan cara menunjukkan temper tantrum (kemarahan yang meledak-ledak, menolak dengan menjerit-jerit), orang tua manarik perintahnya. Maka anak akan mempelajari perilaku membangkang tersebut, kapan-kapan ia akan mengulangi perilaku yang sama untuk melawan perintah orang tua, yaitu dengan cara temper tantrum.
Contoh lain: ketika berada di tempat perbelanjaan anak melihat ada mainan yang disukainya, ia merengek-rengek kepada ibunya minta dibelikan. Ibunya merasa tak tahan dengan rengekan anaknya dan malu pada orang lain bila anaknya terus-menerus merengek, akhirnya ia mengabulkan permintaan anaknya. Maka anak akan mempelajari perilaku merengek sebagai senjata untuk memaksa orang tuanya menuruti kehendaknya. Kapan-kapan kalau ia menginginkan sesuatu ia akan merengek-rengek agar mendapatkan yang ia inginkan.
Kedua. Terjadi akibat adanya penguat positif (positive reinforcer) yang diberikan oleh orang tua untuk mengatasi respon anak. Biasanya ini akibat pola-pola perhatian dari orang tua: mencari-cari alasan untuk menerima perilaku anak, berusaha memahami dengan cara mendiksusikan hal tersebut pada anak. Keadaan seperti ini disebut sebagai “perangkap penguat positif” (positive reinforcer trap).
Contoh: orang tua menyuruh anaknya mandi, anak menolak, dan ngambek, agar anak tidak ngambek dan bersedia mandi, orang tua merayu anak dengan berjanji akan membelikan sesuatu pada anak, misalnya makanan yang disukai. Maka anak akan mempelajari perilaku membangkang tersebut, kapan-kapan ia akan mengulangi perilaku yang sama untuk melawan perintah orang tua, yaitu dengan mengajukan syarat kepada orang tua.
(klik gambar untuk memperbesar)
Ketiga. Adanya ketidakselarasan dalam pengasuhan (inconsistant parenting). Keadaan ini terjadi sebagai akibat perbedaan standar dalam menilai perilaku anak dari orang-orang yang terlibat dalam pengasuhan. Seperti antara ibu dan ayah, atau kalau pengasuhan tersebut dipegang oleh kakek-nenek si anak, biasanya ketidak-selarasan terjadi antara orang tua dengan kakek-nenek. Pada umumnya standar orang tua lebih ketat bila dibanding dengan kakek-nenek. Pola pengasuhan kakek-nenek kepada cucunya cenderung permisif (serba membolehkan), karena rasa sayang yang lebih besar.
Contoh: anak berkelahi sampai melukai temannya, ayah marahinya dan menghukum anaknya dengan melarangnya bermain selama beberapa hari. Ibu tidak sepakat dengan keputusan ayah, justru membela dan memberikan kasih sayang kepada anaknya, kadang-kadang kalau ayah tidak ada, ia membiarkan anaknya keluar untuk bermain. Kalau demikian keadaannya, maka anak kapan-kapan akan melawan perintah atau hukuman ayahnya karena merasa memiliki pendukung, yaitu ibunya.
Saran untuk Orang Tua untuk mendidik Anak yang nakal
Orang tua harus pandai-pandai mencari cara-cara alternatif agar perintahnya dapat dituruti oleh anak. Orang tua harus berjuang keras memastikan anak melakukan perintah. Orang tua tidak disarankan menarik kembali (membatalkan perintahnya) atau mengurangi beban yang perintahkan, ini akan mempengaruhi persepsi anak kepada orang tua, anak menjadi kurang hormat pada orang tua karena dianggap kurang kewibawaannya. Orang tua yang mudah dikontrol oleh kemauan anaknya, akan menyebabkan terbentuknya karekter anak yang kurang mandiri, egois, kurang toleran dan kurang bisa berempati pada orang lain (empati: menempatkan diri dalam posisi orang lain agar dapat merasakan perasaan, penderitaan atau kesulitan orang lain).
Tentu saja dalam melakukan cara-cara untuk membuat anak melakukan perintah, orang tua perlu melihat keadaan anak, misalnya, anak yang sedang sakit/menunjukkan tanda-tanda sakit atau sangat lelah akibat perjalanan jauh, tidak dapat disamakan dengan anak yang berpura-pura sakit atau berpura-pura kelelahan. Jika demikian, orang tua perlu mempertimbangkan tiga hal, yaitu (1) harus melihat situasi dan kondisi sebelum memberi perintah kepada anak, pastikan anak sanggup melaksanakannya, (2) dalam melakukan cara guna membuat anak menuruti perintahnya, orang tua perlu mempertimbangkan kondisi anak dan mengambil cara yang paling ringan efek sampingnya, (3) tidak perlu memupuk rasa kasihan dalam membebankan tugas tertentu pada anak dalam hal-hal yang dipastikan tidak akan membahayakan jiwa maupun fisik anak, seperti contoh di atas, memerintahkan anak membuang sampah. Selain itu penyamaan persepsi mengenai standar dalam mengasuh anak juga penting untuk dibicarakan antara ayah dan ibu, perlu ada kesepakatan mengenai apa yang boleh/baik/harus dilakukan dan yang mana yang tidak boleh, buruk dan harus ditinggalkan oleh anak. Wallahu a’lam bish-shawaab.
Renungan
Setelah Anda membaca tulisan di atas, maka ada baiknya merenungkan dua terjemahan hadits berikut, semoga ada pelajaran yang dapat diambil.
“Seorang laki-laki adalah penggembala di dalam keluarganya, dan ia bertanggung jawab terhadapa gembalaannya itu. Dan seorang wanita adalah pengembala di dalam rumah suaminya, dan ia bertanggung jawab terhadap gembalaannya itu.” (riwayat al-Bukhari dan Muslim).
“Seseorang yang mendidik anaknya lebih baik daripada bersedekah satu sha’.” (riwayat at-Tirmidzi).
Kamudian setelah Anda telah cukup merenungkannya, maka tuliskanlah hasil renungan Anda itu di atas kertas, simpanlah kertas tersebut, dan jadikan sebagai pengingat di kala Anda mulai lelah dengan keseharian Anda.
Itulah Penyebab Anak Nakal dan Cara mengatasi Anak Nakal,
Semoga Menghibur dan Bermanfaat,
Di Poskan Oleh : www.armhando.com .
Berita Aneh,Unik,Lucu,Hot Terbaik dan Terbaru.
[sumber;forget-hiro.blogspot.com]
Tips Mengatasi Anak Nakal
Posted on November 25, 2008 by sunartombs
Pendidikan yang utama dan pertama dalah keluarga. Dengan lingkungan keluarga akanterbentuk sifat, watak dan perilaku misalkan dalam sebuah keluarga orang tua kurang perhatian terhadap anak, maka anak tersebut akan menjadi nakal (kurang terkontrol) demikian juga sebaliknya klau lingkungan itu baik ada perhtian orang tua maka anak akan tumbuh dengan baik.
Dalam mendidik ank kita harus mengetahui sifat-sifatnya misalkan anak yang mempunyai sifat pendiam kita dekati dengan halus sehingga anak tersebut mau bercerita tentang masalah yang terjadi, berarti kita menggunakan cara yang halus untuk menghadaopinya. Lain lagi dengan anak yang mempunyai sifaf keras, kita harus mengahdapinya dengan tegas dan keras.
Selain kita melihat darilingkungan keluarga dan sifat anak, kita harus melihat kelatarbelakang dari keluarganya, jika dalam keluarga tersebut mempunyai latarbelkang yang baik maka secra otomatis anaknya akan meniru yang baik tetapi sebliknya, jika dalam keluarga tersebut mempunyai latar belakang yang kurang baik maka anaknya akan mengikuti tidak baik pula.
Adapun untuk mengatasi anak didik yang nakal ada beberapa macam cara :
1). Didekati sebagai teman
2) Diberi desempatan untuk bercerita
3 ) Diajarai sifat tanggung jawab
Untuk membiasakan anak bertanggung jawab haruslah dimulai sejak kecil, tanpa dibiasakan sejak kecil tidak mungkin anak mempunyai rasa tanggung jawab. Ada beberapa tips yang perlu diperhatikan :
1) Biasakan anak mengambil dan mengembalikan maiananya sendiri
2) Biaskan anak untuk melakukan tugas-tugas ringan sejak kecil
3) Bisakan anak untuk menjagakebersihan
4) Bila nakal tegurlah
5) Bila melakukan kesalahan dengan orang lain biasakan untuk minta maaf
6) Biasakan untuk mengucapkan terimakasih bila ditolong atau diberi sesuatu oleh orang lain.
http://apakabarpsbg.wordpress.com/2008/11/25/tips-mengatasi-anak-nakal/
Cara Tepat Atasi Kenakalan Balita
Sikap mengancam, mengarang cerita, menakut-nakuti, nada membentak, terkadang tidak akan membuat anak mendengar perkataan. Namun, nada yang lembut dan tenang untuk menjelaskan akan mengalihkan perhatiannya kepada Anda.
Powered by Translate
cara atasi balita nakal
LintasCafe – Anda tentu pusing menghadapi anak diusia dua tahun yang penuh energi yang seakan tak ada habisnya dan mereka sanggup bermain dan menjelajah segala hal. Biasanya pada usia ini anak sangat tempramental.
Banyak orang tua yang dibuat bingung oleh tingkah pola anak yang sulit diatur. Namun jangan putus asa, ada cara untuk menghadapi kenakalan balita Anda. Berikut beberapa cara menghadapinya :
1. Anggap wajar
Setiap anak diusia ini pasti akan melewati masa-masa ‘nakal’ seperti ini, jika tidak kemungkinan pertumbuhannya di masa akan datang akan lebih buruk. Balita memiliki sikap yang kompulsif yang artinya si ana akan mendenga untuk pertama kalinya dan akan kembali melakukan hal yang tidak Anda sukai dua detik setelahnya. Pada masa ini sulit bagi mereka memenuhi tuntutan Anda, jadi ada baiknya Anda bersabar.
2. Tenang
Sikap mengancam, mengarang cerita, menakut-nakuti, nada membentak, terkadang tidak akan membuat anak mendengar perkataan. Namun, nada yang lembut dan tenang untuk menjelaskan akan mengalihkan perhatiannya kepada Anda.
3. Beri hadiah kecil
Biasanya, anak akan rewel menjelang tidur. Bahkan, banyak orangtua yang memenuhi tempat tidurnya dengan mainan. Namun, memberinya sebuah hadiah kecil dapat membuat si kecil lebih tenang.
Membawanya keluar sebentar melihat bulan, memberi camilan sehat dan mendongeng sebelum tidur membuat anak lebih mudah lelap. Ajak dia tidur di waktu yang sama tiap malam membuatnya mengerti kapan waktu tidur dan bermain.
Ajak anak Anda membersihkan tempat tidurnya dengan janji akan memberinya sebuah hadiah kecil.
4. Beri perhatian
Balita mengabaikan apa yang Anda suruh karena mereka senang diperhatikan. Bila telah mengerti, mereka akan cepat mendapatkan perhatian Anda jika berlaku nakal.
Jadi, coba berikan pujian untuk setiap hal baik yang ia lakukan. Hal ini
akan mendorong mereka berperilaku lebih baik. Simpan gambar dan bagan yang memuat perilaku baik dan hapus saat ia nakal. Lambat laun, buah hati akan mengetahui maksud Anda.
5. Coba sistem ‘time out’
Ada penghargaan, ada pula hukuman. Jika anak Anda menghiraukan setiap perkataan Anda, Anda dapat menaruhnya di sebuah kursi selama beberapa menit.
Memang perlu memakan waktu berhari-hari, tetapi akan bekerja dengan baik jika dilakukan secara konsisten.
6. Katakan ‘tidak’
Terkadang, cara terbaik menangani balita adalah mengatakan tidak dengan tegas. (iyg)
http://lintascafe.com/2011/06/14/cara-tepat-atasi-kenakalan-balita/
Support blog ini dengan cara berbelanja online di di www.tokofaiz.com klik disini www.tokofaiz.com
saya belum punya anak mas, ini baru mau buat... hehe
ReplyDelete